Kali ini
saya akan membahas kembali mengenai fotografi, lebih spesifiknya yaitu teknik
memotret atau mengambil gambar. Selain pencahayaan, dala fotografi kita juga
harus mengetahu teknik dalam memotret atau membidik objeknya. Dengan
menggunakan kamera jenis DSLR teknik tersebut sangat mudah untuk di
aplikasikan.
Di sini kita akan membahas teknik Freezing, Bluring,
Panning, Bulb, Zooming dan Deep of Field. Teknik tersebut merupakan teknik yang
populer dan sering digunakan oleh banyak orang terutama yang suka dengan dunia
fotografi. Bagi para pemula atau yang baru mempunyai kamera jenis DSLR tentunya
penasaran dan mencari tahu cara memotret sehingga bisa mengasilkan gambar seperti
itu bagaimana? Tekniknya seperti apa?
FREEZING
Seperti namanya, teknik freesing adalah teknik untuk
“membekukkan objek” yang kita bidik dengan kamera. Salah satu teknik ini
memungkinkan kita bisa menangkap objek yang mungkin tidak bisa dilihat secara
kasat mata. Sebagai contoh, kita sedang memotret sebuah kegiatan olahraga,
katakanlah olahraga itu sepak bola. Ketika seorang fotografer mendapatkan
sebuah momen yang tepat, misalnya ketika terjadi pelanggaran, kita bisa melihat
dari hasil jepretan kalau pelanggaran itu hanyalah diving saja, namun kalau
kita melihat secara langsung diving tersebut tidak kellihatan karena
berlangsung secara cepat sekali.
Cara mengaplikasikan teknik ini cukup mudah, kita
tinggal menggunakan speed yang tinggi ketika memotret maka secara otomatis kita
akan mendapatkan foto yang membeku. Untuk mendapatkan speed yang tinggi, ada
beberapa hal yang perlu di perhatikan namun yang paling penting adalah cahaya.
Pencahayaan yang dimiliki oleh objek haruslah baik, karena jika kita berada
dalam kondisi low light, maka kamera akan secara otomatis sulit untuk
mendapatkan speed yang tinggi.
Selain itu, kita juga harus memprediksi berapa
kecepatan gerak objek yang akan kita bidik. Misalnya saja kita ingin
menghentikan gerakan seseorang yang sedang berjalan santai, maka speed yang
dipakai tidak harus terlalu tinggi, lain halnya jika kita ingin membidik orang
yang sedang berlari di arena pertandingan, tentu kita butuh speed yang tinggi.
Seperti yang sudah di jelaskan pada artikel sebelumnya,
kamera memiliki kecepatan dalam membuka dan menutup rana, kecepatan inilah yang
membiarkan cahaya masuk. Semakincepat cahaya masuk, semakin sedikit pula
gerakan yang terekam. Itulah logika sederahananya dalam mengatur shutter speed
dan melakukan freezing. Selain itu, kita juga bisa menghentikan objek melalui
flash serta lampu. Hal seperti ini biasanya dilakukan oleh para fotografer yang
bekerja di studio foto untuk menghentikan gerakan yang dihasilkan dari gerak
benda mati. Contohnya ketika seorang fotografer memotret gelas yang dijatuhkan
kemudian pecah menjadi serpihan kecil, air minum yang dituangkan dari botol ke
gelas, dan lain-lain.
Gambar 1. Contok foto dengan teknik freeze
Kenapa cahaya bisa menghasilkan foto yang beku? Ketika
kita memotret objek dan dibantu dengan tembakan flash, maka secara otomatis
kamera akan menangkap visual pada saat objek tersebut terkena cahaya. Jadi
secara otomatis, kamera akan mengabaikan gerakan yang lain kecuali kita
memeasang shutter speed di nomor yang sangat rendah atau bulb.
BLURING
Hasil jepretan kamera yang blur mungkin sangat tidak
bagus untuk dilihat,blur tersebut biasanya dilakukan oleh seseorang yang tidak
tahu mengenai teknik pengambilan gambar, entah itu tidak fokus terhadap objek
maupun goyang saat memotret sehingga gambarnya blur. Lain halnya dengan teknik
bluring, ketika seorang fotografer tersebut menangkap blur yang dihasilkan
gerakan atau benda yang biasa disebut dengan motionblur. Dengan mengaburkan
objek yang bergerak, kita bisa membuat kesan cepat pada objek tersebut. Teknik
ini akan lebih baik jika ada beberapa bagian dalam sebuah frame yang freeze.
Jadi tidak semua objek dalam foto yang kita ambil tidak jelas.
Gambar 2. Foto dengan teknik bluring
Cara untuk mengaplikasikan teknik blur ini adalah
dengan memainkkan shutter speed. Jika untuk membekukan objek kita harus
menggunakan shutter speed yang tinggi, maka ketika melakukan teknik ini, yang
perlu kita lakukan adalah men-setting shutter speed di nomor yang rendah. Namun
jika kita men-setting shutter speed sangat rendah, maka jangan ragu untuk
memakai alat bantu seperti tripod. Pemakaian tripod ini akan mengurangi
goncangan yang mengakibatkan foto terlihat buruk. Selain itu, hindari flash,
karena ini dapat membekukan gerakan objek.
PANNING
Mungkin kita pernah melihat foto di Majalah-majalah,
yang visual-nya adalah objek tegas lalu belakangnya kabur seperti bergerak.
Foto tersebut diambil dengan teknik yang disebut Panning. Teknik ini hanya bisa
digunakan ketika kita memotret objek yang bergerak. Semakin cepat gerakannya maka
akan lebih baik, karena ini akan membuat efek blur yang diciptakan juga
semakain halus.
Cara untuk melakukan efek ini adalah dengan mengunci
fokus pada objek yang bergerak, lalu kita pasang shutter speed di angka yang
kira-kira tidak akan membuat objek bergerak tersebut menjadi blur. Tapi ingat,
jangan pasang shutter speed terlalu tinggi, karena jika shutter-nya terlalu
tinggi kita akan sulit memberikan efek blur pada background. Selanjutnya,
ketika kita memotret arahkan kamera searah dengan objek yang bergerak tadi. Hal
tersebut wajib dilakukan ketika rana dalam kamera terbuka. Hasilnya, kita akan
mendapatkan sebuah foto yang memiliki background blur, tetapi objek yang
bergerak tersebut menjadi freeze.
Gambar 3. Contoh foto dengan teknik panning
Untuk berlatih, kita bisa menyuruh teman kita untuk
berlari, tetapi tidak usah terlalu cepat dan juga jangan terlalu lambat seperti
jogging. Mungkin untuk pertama kali kita akan merasa kesulitan karena harus
menyesuaikan fokus dan juga menjaga stabilitas kamera ketika memotret. Namun
lama kelamaan, kita akan terbiasa. Teknik ini juga memiliki daya tarik yang
cukup mengasyikan dan pastinya seru. Sedikit tips ketika melakukan teknik
Panning ini adalah sebisa mungkin
gunakan auto fokus yang bisa kita setting pada tombol di samping lensa.
Yang kedua kita berlatih jangan gunakan diafragma yang kecil, karenaini berarti
ini akan memberikan titik fokus yang semakin sempit pada objek. Jarak juga akan
mempengaruhi hasil, kita akan sedikit kesulitan jika memotret teknik ini dengan
jarak yang cukup dekat, jadi ada baiknya juga penempatan objek kita atur,
berikan space kosong dalam frame untuk objek berlari. Ini akan lebih baik lagi
karena ini akan mempermudah kita dalam menangkap objek yang bergerak.
BULB
Teknik ini relatif hanya bisa dilakukan di malam hari
atau tempat yang minim cahaya, karena kurangnya cahaya yang menyinari objek dan
memungkinkan kita untuk membuka rana secara lama. Kita mungkin pernah melihat
sebuah foto yang berlatarkan gedung pencakar langit, lalu kendaraan yang bergerak
seperti sinar laser. Teknik ini dikenal dengan nama long exposure.
Gambar 4. Contoh foto teknik bulb
(lokasi royal ambarukmo jogja)
Cara membuat foto ini adalah dengan melakukan
pengaturan pada kamera, kamera kita harus berada dalam shutter yang sangat
rendah serta bairkan rana yang ada dalam kamera tebuka lama, ini akan membuat
kendaraan-kendaraan yang bergerak hanya terambil gerakan sorotan lampunya saja.
Sayangnya teknik ini hanya bisa dilakukan pada kamera yang mempunya pengaturan
shutter speed manual atau yang mempunyai mode bulb, contohnya kamera DSLR. Mode
bulb adalah sebuah mode yang memungkinkan kita mengatur bukaan rana secara
manual. Jadi, ketika kita menahan tombol kamera, maka selama itulah rana yang
berada di dalam kamera akan terbuka. Rana akan terbuka selebar-lebarnya selama
mungkin.
Tripod adalah sebuah perlengkapan wajib ketika kita
mengaplikasikan teknik bulb ini. Karena kekuatan tangan tidak akan mampu
menahan kamera agar tetap stabil atau tidak tergoncang. Jika kita bergerak
sedikit saja, maka hasilnya akan sangat tidak baik, karena kestabilan kamera
adalah kunci untuk melakukan teknik ini. Kita juga harus bisa memperkirakan
cahaya yang akan masuk, apakah ini terlalu terang atau tidak nantinya.
Sebenarnya hal ini bisa diukur oleh lightmeter. Bisa oleh lighmeter yang ada
dalam kamera atau alat lightmeter manual.
Jika kita mempunyai remote control, mungkin itu lebih
baik. Karena dengan remote control akan sedikit mengurangi getaran yang
dihasilkan ketika kita memencet tombol pada kamera. Hal ini juga bisa untuk
meminimalisir shutter lag. Diafragma juga akan mempengaruhi hasil foto kita
nantinya. Akan ada perbedaan yang cukup signifikan ketika memakai diafragma
dengan bukaan yang kecil dan bukaan yang besar. Jika kita memakai diafragma
dengan nomor yang besar, maka pancaran cahaya lampu akan berbentuk seperti
bintang. Namun jika kita memakai diafragma dengan nomor yang kecil, maka lampu
akan lebih statis.
ZOOMING
Teknik ini hanya bisa dilakukan oleh kamera yang
memiliki lensa zoom. Pengertian lensa zoom disini tidak harus telephoto lens,
tetapi lensa yang bisa zoom dan bentuknya tidak fixed lens. Contohnya adalah
18-5mm 24-105, dan setiap lensa lain yang memiliki jarak untuk di-zoom.
Efek ketika kita menggunakan teknik ini adalah foto
yang kita dapat akan menjadi seperti foto panning. Perbedaannya adalah motion
blur yang dihasilkan adak sedikit berbeda. Jika menggunakan teknik foto ini
dalam memotret, akan memberikan kesan objek bergerak secara cepat ke depan atau
ke belakang.
Cara untuk mengaplikasikan teknik ini adalah dengan
memakai shutter speed yang rendah. Setelah kita mengatur shutter speed,
selanjutnya tentukan titik fokus pada objek. Tidak seperti teknik panning,
objek yang akan kita potret tidak harus bergerak. Karena yang akan kita
gerakkan adalah lensa dari kamera kita. Selanjutnya, lakukan zooming pada saat
rana dari kamera kita terbuka. Zooming ini harus dilakukan secara cepat. Kita
harus sudah selesai melakukan zooming sebelum rana dari kamera yang kita pencet
tertutup. Karena itulah kenapa kita harus menggunakan shutterspeed yang relatif
rendah.
Jika tangan kita tidak kuat menahan beban kamera ,
gunakanlah tripod. Karena hala ini dapat mengurangi goncangan. Tips lainnya
dalam melakukan teknik ini adalah dengan menaruh objek pada tengan frame. Efek
yang diberikan ketika kita menggerakan lensa pun akan berbeda. Kalau kita
melakukan zoom-in, maka fotoakan seperti menjorok ke dalam. Sebaliknya, jika
kita menggunakan efek zoom-out, maka objek utama kita seperti menjorok keluar.
DEEP OF
FIELD
Salah satu hal yangpaling penting dalam fotografi
adalah focus of interset. Ini merupakan satu hal yang paling ingin kita
tonjolkan dalam frame. Hal ini bisa apapun, dan bukan berarti hal ini harus
menjadi bagian yang paling besar dalam frame kita. Bisa saja malah satu bagian
yang paling kecil dalam frame kita.
Deep of
field adalah salah satu teknik sederhana yang berfungsi untuk memfokuskan mata
orang yang melihat karya fotografi kita. Teknik ini adalah teknik mengaburkan
beberapa bagian dalam foto dan memfokuskan bagian yang lainnya. Caranya adalah
lakukan focussing yang benar pada objek yang kita inginkan menjadi point of
interest. Setelah itu set diafragma yang kita miliki menjadi nomor
terkecil.karena semakin kecil diafragma akan semakin terasa efek ini.
Selanjutnya potretlah objek tersebut.
Gambar 5. Contoh foto Deep of field
(Andez Jogja)
Seperti telah dibahas pada artikel sebelumnya, bahwa
bukaan diafragma akan sangat mempengaruhi ketegasan dan juga lebar atau
sempitnya titik fokus. Untuk menghasilkan foto dengan teknik seperti ini,
dibutuhkan bukaan diafragma yang sangat kecil. Selain memainkan diafragma,
ketika kita ingin membuat sebuah objek menjadi blur, jarak juga sangat
mempengaruhi. Semakin dekat kita terhadap objek, maka blur yang dihasilkan
lewat focussing juga akan semakin baik lagi. Ada tips sederhana lain untuk
membuat efek blur yang dihasilkan lebih maksimal. Dekati objek dan jauhkan ia
dengan background.